Calon Wali Kota Batam Harus Pribumi Calon Wali Kota Batam Harus Pribumi

Calon Wali Kota Batam Harus Pribumi

Penulis, Jamaluddin Lobang (tiga dari kiri). (Foto : dok/John/ist)

SMSNEWS.id | Batam - Menjelang konstestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024 mendatang, calon pemimpin kota Batam haruslah memahami situasi dan kondisi sosial politik masyarakat kota Batam.

Terlebih hingga saat ini pembangunan di kota Batam terbilang cukup signifikan kendati menuai pro dan kontra terkait dampak lingkungan yang hingga saat ini menurut penulis masih banyak terjadi akibat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap dampak ekologi pembangunan.

Seperti diketahui, pembangunan di kota Batam sendiri cukup signifikan mulai dari sarana dan prasarana, pelebaran jalan, drainase, pelabuhan, bandara, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, pro kontra di masyarakat tidak bisa dihindarkan, terlebih dampak dari pembangunan saat ini di kota Batam menyebabkan berbagai dampak ekologi seperti, banjir dibeberapa ruas jalan kota Batam, hilangnya daerah resapan, penggusuran lahan (hutan), hilangnya rumah bagi primata dan sering mati nya air bersih untuk warga karena kebocoran pipa dampak dari pelebaran jalan.

Bukan tidak mungkin, penulis melihat dampak kedepan jika pembangunan kota Batam tidak memperhatikan ekologi maka kota Batam akan mengalami kekeringan pada musim panas, banjir pada musim hujan akibat dari hilangnya daerah resapan maupun buruknya drainase dan jalan yang amblas akibat dari penggunaan air tanah yang berlebih serta paparan tanah di lahan basah dan area lain yang mulai membusuk.

Selain ekologi, penulis juga memperhatikan aspek lain yakni bonus demografi yang hari ini dirasakan masyarakat Batam yang juga harus diperhatikan oleh calon pemimpin kota Batam kedepan.

Dampak dari bonus demografi tadi ialah membludaknya pengangguran di kota Batam yang mana jika kita lihat dari data ataupun survei, Kepri sendiri mengalami tingkat pengangguran tertinggi nomor dua setelah Banten dan Batam adalah salah satu kota yang ada di kepri sebagai penyumbang pengangguran terbanyak dengan jumlah kurang lebih 52.203 orang.

Penyebab dari tinggi nya pengangguran menurut hemat penulis ialah jumlah kelulusan SMA/Sederajat yang terbilang tinggi dan jumlah pencari kerja yang berdatangan dari luar daerah yang cukup banyak dibanding jumlah lapangan kerja yang tersedia di kota Batam.

Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam, jumlah kelulusan siswa SMA Negeri maupun swasta periode 2020-2023 mencapai 80.278 siswa (belum termasuk SMK), belum lagi para pendatang dari berbagai kota di Indonesia yang merantau ke kota Batam untuk mencari kerja.

Apa akibat dari itu semua? Penulis menilai, jumlah kelulusan yang tinggi dan para pencari kerja (pencaker) dari berbagai wilayah di Indonesia yang datang ke kota Batam akan mengakibatkan membludaknya pengangguran di kota Batam dikarenakan pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan, terlebih syarat masuk ke dalam sebuah perusahaan cenderung menurut hemat penulis sarat akan diskriminatif dan tidak masuk akal yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Maka dari persoalan sosial politik di masyarakat, dampak ekologi dan bonus demografi di kota Batam, penulis cenderung menilai calon pemimpin kota Batam nanti nya harus memahami situasi dan kondisi masyarakat yang ada di kota Batam sendiri.

Cende penulis menilai, calon pemimpin kota Batam haruslah mereka yang sudah lama berdomisili di kota Batam, putra daerah ataupun dengan kata lain pribumi kota Batam yang sudah memahami kondisi dan situasi kota Batam sendiri.

Bagaimana tidak, dia yang sudah lama berdomisili di Batam, terlebih mungkin mantan aktivis di kota Batam yang sering menyuarakan suara-suara rakyat, atau yang berpuluh tahun menjabat disuatu instansi di kota Batam, haruslah menjadi pemimpin di kota teh obeng ini, karena pastinya lebih memahami kondisi sosial masyarakat kota Batam yang hari ini begitu kompleks.

Penulis berpendapat, jika nanti pemimpin kota Batam ialah mereka yang baru datang ke kota Batam atau baru beberapa tahun di kota Batam atau tidak memahami kondisi kota teh obeng itu sendiri, maka kemungkinan Batam akan mengalami dampak yang lebih parah, terlebih jika pemimpin tersebut tidak memahami kondisi kota Batam yang begitu kompleks ini.

Penulis : Jamaludin Lobang (Wakil Ketua BEM Universitas Riau Kepulauan)

Lebih baru Lebih lama