Ilustrasi kegiatan forum diskusi di Universitas Prasetiya Mulya (dok/ ist). |
SMSNEWS.id | Jakarta – Kemampuan bank digital dalam mempelajari perilaku nasabahnya dapat menjadi kunci sukses bagi bank tersebut untuk bertahan lalu berkembang di Indonesia.
Prof. Agus Soehadi, guru besar Universitas Prasetiya Mulya, saat memberikan keterangan pers secara daring kepada SMSNEWS.id, Rabu (16/8/2023), menjelaskan bahwa kompetisi antar bank digital dalam menggaet calon nasabah akan semakin sulit, mengingat sejumlah bank digital hadir di Indonesia.
Prof. Agus mencatat, sebanyak 18 bank digital baru hadir di Indonesia sejak tahun 2018 lalu hingga 2024 mendatang.
“Selera nasabah kini menjadi kunci yang perlu dipelajari bank digital agar bertahan, bukan lagi keputusan dari pemangku kepentingan yang menyelamatkan bank digital tersebut,” ujarnya.
Agus menambahkan, bank digital perlu berinovasi dalam menghadirkan layanan kepada nasabah yang lebih personal.
Secara terpisah, Bhimo Wikan Hantoro, Direktur Digital dan Operasional PT. Bank Raya Indonesia Tbk., saat dihubungi oleh awak media ini menuturkan, "Inovasi layanan bagi nasabah dapat menghasilkan pengguna yang organik dan loyal jika kebutuhan mereka terpenuhi," katanya.
Penetrasi gawai pintar
Sementara itu, Head of Customer Engagement PT. Bank Jago, Tbk., Lena Chow, menyampaikan bahwa kehadiran sejumlah bank digital baru di Indonesia juga menemukan tantangan baru, yaitu jumlah pengguna gawai pintar pada kalangan masyarakat yang perlu bertumbuh terus.
Ia mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, dan menyebutkan bahwa jumlah pengguna gawai pintar di Indonesia baru 67,8 persen dari total populasi, atau sejumlah 192,15 juta penduduk di Indonesia. (Billy).
Editor : John