Suasana kegiatan diskusi pengurangan sampah styrofoam (Foto : dok/Bil) |
SMSNEWS.id | Jakarta – Kaum muda diperlukan partisipasinya dalam mengurangi penggunaan barang berbahan dasar styrofoam, seperti gaya hidup yang ramah lingkungan lewat pemisahan sampah. Bahan dasar styrofoam merupakan sampah abadi yang dapat merusak lingkungan.
“The Antehia Project mengadakan kegiatan Antheia Beach Clean Up untuk membersihkan sampah styrofoam secara rutin dan mengajak teman-teman generasi-Y di kegiatan itu,” seru Ruhani Nitiyudo, Co-Founder The Antheia Project, dalam acara diskusi bertajuk “Indonesia Darurat Sampah Styrofoam, "SayNoToStyrofoam Mulai Sekarang!"
Acara diskusi yang dilaksanakan di Jakarta tersebut, Kamis (24/11/2022), juga mengundang Novrizal Tahar (Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK)) dan Dedhy Bharoto Trunoyudho (Co-Founder & COO Garda Pangan) sebagai pembicara.
Ruhani mengutip data milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selama tahun 2018, bahwa di Indonesia, yang berlokasi di 18 kota utama, ditemukan seberat 0,27-0,59 juta ton sampah masuk ke laut. Sampah yang paling banyak ditemukan adalah styrofoam.
Ruhani menceritakan, Ia bersama tim sering menemukan sampah styrofoam dari kemasan mie instan berbentuk gelas saat melakukan kegiatan Beach Clean Up (BCU).
“Saya pribadi berharap kegiatan yang diadakan The Antheia Project bisa menginspirasi masyarakat, khususnya kaum muda, minimal menjadi lifestyle,” ujar Novrizal dalam kegiatan diskusi itu.
Styrofoam merupakan sampah yang sukar terurai dan membutuhkan waktu sekitar 500 ribu – 1 juta tahun untuk terurai di dalam tanah. Styrofoam mengandung bahan berbahaya seperti chlorofluorocarbons (CFC) dalam pembuatannya. Styrofoam menyebabkan penyakit serius, seperti kanker, jika terkonsumsi oleh manusia. (Billy)
Editor : Js